Az-Zalzalah, Salah Satu Rangkain Wirid Al-Ma’tsurat

Surat Az-Zalzalah, yang bermakna guncangan, banyak sekali mengandung pelajaran yang bisa kita petik. Paling tidak, ada 5 point penting yang bisa kita petik dari surat Az-Zalzalah. Pertama, tentang kedudukan atau posisi surat Az-Zalzalah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan salah satu hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah saw menyampaikan bahwa Surat Az-Zalzalah itu setara dengan setengah Al-Quran, surat Al-Ikhlas setara dengan 1/3 Al-Quran, dan surat Al-Kafirun setara dengan ¼ Al-Quran.
Dalam kesempatan lain, rasul juga pernah menanyakan kepada salah seorang sahabatnya yang belum menikah, dengan alasan tidak memiliki mahar, apakah dia hafal surat Az-Zalzalah? Ketika dijawab bahwa dia hafal, maka rasul menyuruh sahabat tersebut menikah, dengan mahar surat Az-Zalzalah. Ini menunjukkan bahwa surat Az-Zalzalah memiliki keutamaan yang sangat besar, sesuai hadits nabi tersebut di atas. Maka dapat kita pahami, kenapa Imam As-Syahid Hasan Al-Bana ketika menyusun Wadzifah kubra dalam Al-Ma’tsurat, salah satu wiridnya adalah surat Az-Zalzalah.
Pelajaran kedua dari surat Az-Zalzalah adalah makna guncangan yang Allah sebutkan dalam ayat 1 surat tersebut, yang terjemahnya:” Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat” menurut penafsiran Ibnu Katsir, guncangan ini adalah guncangan yang terjadi di hari kiamat nanti, dimana pada saat itu bumi akan diguncangkan dari porosnya/langsung dari pusat sumbunya. Kita bisa bayangkan pada saat gempa terjadi tahun 2004 lalu di Mentawai, NAD dengan kedalaman pusat gempa 10 km saja, efeknya bisa menimbulkan tsunami dengan ketinggian gelombang lebih dari 4 meter. Padahal kedalaman poros bumi masih sangat jauh dari jarak tersebut. Jadi meskipun guncangan yang dimaksud dalam surat tersebut adalah guncangan hari kiamat, tapi sebetulnya terjadinya banyak gempa, bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga buat kita, bahwa betapa dahsyatnya nanti kejadian yang akan dialami pada hari kiamat. Di samping itu, terjadinya banyak gempa. baik tektonik ataupun vulkanik, juga menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat, seperti yang rasul sampaikan.
Selanjutnya pelajaran ketiga ada pada ayat yang berikutnya, dimana Allah menyampaikan “dan bumi telah mengeluarkan beban berat yang dikandungnya. Apa yang dikeluarkan oleh bumi? Yang dikeluarkan oleh bumi pada saat itu adalah jasad-jasad manusia yang sudah hancur, dan selama ini sudah terkubur di dalam bumi. Jasad-jasad tadi bermunculan seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, dan keluar/muncul dalam keadaan yang berbeda-beda. Ada yang keluar dengan muka berseri-seri, ada yang keluar dengan muka yang gelap/hitam. Keadaan yang demikian terkait dengan tingkah laku seseorang pada saat masih di dunia. Selain jasad manusia, bumi juga akan mengeluarkan beban-beban lain, semacam emas perak, dan barang-barang tambang lain. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa saat bumi mengeluarkan emas perak, berkatalah seorang pembunuh,. Karena sebab inilah (emas perak, dulu saya menjadi pembunuh. Kemudian berkatalah orang yang memutuskan silaturahim, Oleh sebab inilah saya dulu memutuskan hubungan silaturahim. Berkata juga seorang pencuri. Oleh sebab ini pula saya dulu mencuri. Demikian hadits yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dalam hadits tersebut terlihat betapa manusia pada akhirnya menyadari, dan akan menyesal, bahwa kecintaannya terhadap dunia telah menjadikan dirinya lupa dan buta, sehingga melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan Allah, yang membuat kecelakaan bagi dirinya di Yaumil akhir nanti. Cinta kepada dunia (penyakit wahn) inilah, penyakit yang banyak menjangkiti umat Islam, seperti pernah disinyalir oleh Rasulullah dalam salah satu hadits, bahwa suatu saat nanti umat Islam akan menjadi rebutan umat lain, seperti hidangan yang diperebutkan. Kemudian para sahabat bertanya. Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kita pada waktu itu sedikit? rasul menjawab: bahwa jumlah kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian terkena penyakit wahn. Sahabat bertanya: apa itu penyakit wahn ya Rasulullah, beliau menjawab: cinta dunia dan takut mati. Sehingga kondisi kalian seperti buih di atas lautan, yang mudah untuk terombang-ambing.
Jika kita cermati kondisi yang pernah menimpa bangsa Indonesia, makna bahwa bumi mengeluarkan beban berat yang dikandungnya, bisa kita hubungkan dengan banyaknya material-material berat yang telah dimuntahkan oleh gunung merapi. Total muntahan lava dan lahar selama erupsi merapi beberapa waktu lalu, tercatat sampai 140 juta kubik, lebih tinggi dari jumlah yang telah dikeluarkan merapi pada erupsi tahun 2006 (sumber republika). Keluaran semua material tersebut, dibarengi dengan keluarnya awan panas, telah banyak memakan korban jiwa. Di sinilah kesadaran kita sampai pada sebuah titik bahwa kekuasaan Allah swt sungguh sangat dahsyat, wallahu ala kulli syain qadir.
Kelanjutan ayat dari surat Az-Zalzalah yang harus kita renungkan dan menjadi pelajaran keempat adalah: “Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.“ Apa yang diceritakan oleh bumi? Bumi akan menceritakan seluruh perbuatan manusia yang menapaki/menempatinya. Bumi akan menjadi saksi. Ya, saksi yang akan hadir dalam pengadilan Allah terhadap manusia di yaumil akhir nanti. Tidak ada sejengkal bumi pun yang pernah kita lalui, yang pernah kita injak, yang pernah kita diami, yang pernah kita lewati, kecuali dia akan menjadi saksi atas apa yang pernah kita lakukan di atasnya. Semakin banyak bumi yang kita injak, semakin banyak yang akan menjadi saksi, apakah kebaikan atau kejahatan yang kita lakukan. Jika selama hidup di dunia kita banyak melakukan kebaikan, maka semakin banyak tempat yang kita lalui, berarti akan semakin banyak saksi yang meringankan kita pada saat pengadilan Allah nanti. Maka renungkanlah dan rasakanlah, setiap jengkal tanah dimana kita menapak di atasnya, sesungguhnya bumi/tanah tersebut tidak ubahnya seperti CCTV yang akan selalu merekam setiap jejak langkah kita.
Yang kelima, apa yang bisa kita ambil pelajaran dari surat Az-Zalzalah adalah firman-NYA yang menegaskan bahwa: “Dan barangsiapa berbuat kebajikan meskipun seberat biji dzarah, maka dia akan mendapat balasannya, dan barangsiapa berbuat kejahatan, meskipun seberat biji dzarah, maka dia juga akan mendapatkan balasannya. Di mata Allah, semua yang dilakukan oleh hambanya, tidak ada yang terluput, tidak ada yang disepelekan, meskipun kelihatannya kecil. Berbeda dengan manusia, kadang manusia suka meremehkan hal-hal yang kecil, mengabaikan dan tidak memberikan penghargaan. Tapi bagi Allah tidak demikian, Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh manusia, di hadapan Allah akan ada nilai dan konsekuensinya Jadi jangan pernah menganggap remeh melakukan perbuatan dosa, meskipun kecil, karena tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus. Sebaliknya juga jangan meremehkan melakukan kebaikan meskipun sesuatu yang kelihatannya kecil. Misalnya tersenyum dan bermuka manis kepada teman. Sesuai dengan yang disampaikan Rasulullah saw bahwa “Tabbasumuka fi wajhi akhika laka shadaqah” senyummu untuk saudaramu itu bernilai sedekah. Contoh lain misalnya mengusap dan memeluk anak kita (khususnya yang masih kecil), jika kita lakukan dengan penuh kasih sayang, hal ini akan menjadi bernilai ibadah, dan berdampak positif bagi anak kita. Anak kita akan merasakan kedamaian dan ketenteraman, merasakan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya. Pada gilirannya anak yang terbiasa mendapatkan kasih sayang, maka dia akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Terkait dengan ayat tersebut, Rasulullah saw pernah berpesan kepada Aisyah ra, “ Wahai Aisyah, selamatkan dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma”. Mungkin kita bertanya, mungkinkah hanya dengan sebutir kurma kita bisa menyelamatkan diri dari api neraka? jawabannya sangat mungkin. Bukankah jika memang hanya sebutir kurma yang kita miliki, dan barangkali juga itulah satu-satunya yang ada pada kita, maka dengan pengorbanan kita mampu memberikannya pada orang lain yang membutuhkan, berarti kita telah mencoba untuk menjadi seorang yang berlaku itsar. Dan itsar adalah puncak /nilai tertinggi dari ukhuwah. Dan tidaklah seorang saling bersaudara karena Allah, yang diwujudkan dengan memberi, maka Allah menempatkannya di surga, bahkan dengan wajah yang bercahaya, sampai membuat iri para rasul karena cahaya wajahnya yang terang. Maka lakukan selalu kebaikan, meskipun dari sesuatu yang kecil. Sebarkan semangat pada saudaramu, meski ujian banyak menerpa jalan dakwah. Wallahu a’lam

RAHASIA DIBALIK SURAH AL-KAUTSAR

Surah ini adalah surah yang paling pendek dalam Al Qur'an, hanya mengandungi 3 ayat dan diturunkan di Makkah dan berasal dari sungai di Syurga. Kolam sungai ini diperbuat dari pada batu permata yang indah dan cantik. Rasanya lebih manis dari pada madu, warnanya pula lebih putih dari pada susu dan lebih wangi dari pada kasturi. Surah ini disifatkan sebagai surah penghibur hati Nabi Muhammad SAW, karena diturunkan ketika baginda bersedih atas kematian 2 orang yang dikasihinya, yaitu anak lelakinya Ibrahim dan bapak saudaranya Abu Thalib. Berbagai khasiat terkandung di dalam surah ini dan boleh kita amalkan, diantaranya ialah : 1. Ketika hujan, bacalah surah ini dan berdo'a. Insya Allah, do'a kita dikabulkan oleh Allah SWT 2. Ketika kita kehausan dan tiada air, bacalah surah ini dan gosok di leher. Insya Allah hilangkan rasa dahaga. 3. Ketika kita sering sakit mata, seperti berair, gatal, bengkak. Sapukan air tawar yang sudah dibacakan surah ini sebanyak 10x pada mata. 4. Ketika rumah dipercayai terkena sihir, bacalah surah ini 10x. Insya Allah, Allah SWT memberi ilham kepada kita dimana letaknya sihir itu. 5. Jika kita membaca surah ini 1.000x. Insya Allah rezeki kita akan bertambah. 6. Jika kita rajin membaca surah ini. Insya Allah hati kita akan menjadi lembut dan khusyuk ketika menunaikan shalat. 7. Jika ada orang teraniaya dan terpenjara, bacalah surah ini sebanyak 71x. Insya Allah, Allah SWT akan memberikan bantuan kepadanya karena dia tidak bersalah tetapi dizhalimi. 《 MONGGO DI LIKE & SHARE! 》 #Semoga Bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya .. Sampaikanlah walau satu ayat .. #Rasulallah SAW bersabda : "Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari) SubhanAllah, Aamiin ya allah. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.

Hajar Aswad merupakan Super Konduktor

Hajar Aswad merupakan Super Konduktor
Encyclopedia Americana menulis: “Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun sholat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik.

Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas: Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada.

Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi dan setetlah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka’bah. Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.

Prof Lawrence E Yoseph – Fl Whiple menulis: “Sungguh kita berhutang besar kpd orang Islam, sholat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu.” Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar.

Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan Umroh.

Bahasa Arab, Jalan Mencari Ilmu Syar’i Yang Haq

اللّغة العريّة سبيلُ العلْمِ الحق

Bahasa ‘Arab :
Jalan Mendapatkan ‘Ilmu yang Benar

‘Ilmu syar’i yang benar adalah sarana seorang hamba untuk  ber’ibadah kepada Allah –ta’ala- dengan benar pula, sedangkan ‘ibadah adalah tujuan utama diciptakannya para jinn dan manusia, Allah –ta’ala berfirman- :
“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan para jinn dan manusia melainkan agar mereka ber’ibadah kepada-Ku)) QS. AdDzariyat:56.
‘Ilmu syar’i termasuk qurbah (pendekatan diri) yang paling tinggi kepada Allah –ta’ala-, bahkan  para ‘Ulama berkata bahwa sesungguhnya ‘lmu (syar’i) merupakan agama, oleh karena itu sudah sepantasnyalah kita memperhatikan dengan baik dari siapa kita mengambil agama kita ini? Dari sumber yang bagaimana kita ambil agama kita ini?
Jika tidak demikian maka dikhawatirkan perihal kita bagaikan حاطِبُ اللَّيْلِ“pencari kayu bakar dimalam hari”, yang mana bisa jadi diantara kayu bakar yang ia kumpulkan terselip pula ular berbisa yang akan mematuk dan membunuhnya.
Al Imam Muslim –rahimahullah- mengeluarkan sebuah hadits dalam muqaddimah shahihnya, dari Muhammad Bin Sirin –rahimahullah-, beliau (Muhammad Bin Sirin) berkata:
“Sesungguhnya ‘ilmu (syar’i) ini adalah bagian dari agama, oleh karena itu perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian?”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah telah menjelaskan tentang bagaimanakah cara mendapatkan ‘ilmu yang benar, dimana beliau berkata:
“’Ilmu itu membutuhkan penukilan yang terpercaya dan pengkajian yang teruji”.
Jadi, kita dituntut untuk mengerti ma’na yang dikandung oleh nash-nash Al Qur`an dan As Sunnah dimana keduanya  tertulis dan sampai kepada kita dalam bahasa ‘Arab, dan memang itulah cara untuk menghasilkan ‘ilmu yang haqq, tanpa pengetahuan akan hal itu maka kita tidak dapat memetik manfa’at dari kandungan nash-nash tersebut, atau kita akan salah memahami maksudnya sehingga salah pula pengamalannya, jika salah pengamalan maka tersesatlah kita dari jalan yang benar –na’udzu billah tsumma na’udzu billah min dzalik-, oleh karena itu kita harus memahami ma’na kandungan nash-nash syar’i tersebut dengan benar, sedangkan hal itu tidak dapat terlaksana tidak kecuali jika kita mengetahui ‘ilmu bahasa ‘Arab ini.
Perkataan seseorang  tentang Al Qur`an ataupun As Sunnah tanpa dasar ‘ilmu adalalah suatu tindakan tercela dan takalluf (membebani diri) dan hal itu sangat terlarang didalam islam, ‘Umar Bin Al Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
“Kami (para shahabat) dilarang untuk takalluf ( perbuatan membebani  diri)”. HR. AlBukhary (no.6863).
Hadits ini hukumnya marfu’, maksudnya :  larangan ini sebenarnya bersumber dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-, karena siapa lagi yang melarang ‘Umar dan para shahabat lainnya –radhiyallahu ‘anhum- kalau bukan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasalllam-?
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda:
“Sehingga jika tidak tersisa lagi seorangpun ahli ‘ilmu maka para manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu para pemimpin itu akan ditanya, lalu merekapun berfatwa tanpa dasar ‘ilmu, maka akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. HR. AlBukhary (no. 100), dan Muslim (no. 2673).
Al Imam Asy Syathibi berkata : (yang demikan itu terjadi) karena mereka (para pemimpin yang bodoh) jika tidak mengerti bahasa ‘Arab, maka merekapun akan menjadikan bahasa ‘Ajam (non ‘Arab) sebagai alat untuk memahami Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
Allah -ta’ala- Menurunkan Al Qur`an dengan bahasa ‘Arab dan tidak dengan bahasa selainnya, Allah –ta’ala- berfirman :
“Sesungguhnya Kami turunkan al Qur`an dalam bahasa ‘Arab agar kalian memahaminya” QS.AzZukhruf:3.
Begitu pula Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- sebagai orang yang menerima wahyu Al Qur`an adalah seorang ‘Arab tulen, juga para manusia yang menyaksikan masa-masa turunnya wahyu adalah orang-orang ‘Arab, maka Al Qur`an pun ditujukan kepada mereka dengan gaya bahasa mereka dan tidak sedikitpun terdapat lafazh ‘ajam (lafazh selain ‘Arab).
Bahasa ‘Arab adalah salah satu penolong terbesar bagi kita untuk memahami maksud Allah dan Rasul-Nya yang tertuang didalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan ketahuilah bahwa pada ‘umumnya kesesatan ahli bid’ah adalah disebabkan ketidakfahaman mereka akan bahasa ‘Arab. Merekapun menafsirkan Al Qur`an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman yang mereka klaim adalah benar, padahal tidak demikian adanya.
Mengerti bahasa ‘Arab dengan baik dapat menjaga kita agar tidak terjerumus kedalam perkara-perkara yang syubhat (samar / tidak jelas) dan perbuatan mengada-ngada dalam beragama, sebagaimana yang banyak terjadi pada individu atau kelompok yang menisbatkan diri mereka kepada Islam.
Al Imam Muhammad Bin Idris Asy Syafi’i –rahimahullah- berkata :
“Tidaklah terjadi kebodohan dan perpecahan ummat manusia kecuali karena mereka meninggalkan bahasa ‘Arab dan lebih menyenangi bahasanya Aristoteles”.
Beliau (Al Imam Asy Syafi’i) –rahimahullah- juga berkata:
“Seseorang tidak akan mengetahui penjelasan susunan kata yang dikandung ‘ilmu Al Qur`an jika ia tidak mengerti akan luasnya bahasa ‘Arab”.
Al hasil, Mengetahui bahasa ‘Arab adalah sebab kemudahan untuk kita dalam menjalankan pengabdian kita kepada ‘Allah –ta’ala-, sebagaiman yang difirmankan Allah –ta’ala- :
“Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur`an itu melalui bahasamu (wahai Muhammad) agar mereka mendapat pelajaran” AdDukhan:58.
Bahasa ‘Arab –sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah- adalah syi’ar Islam dan kaum muslimin, karena bahasa adalah simbol masing-masing ummat dan cirri khas mereka, jadi sebagai kaum muslimin marilah kita menjadikan syi’ar / symbol dan cirri khas kita adalah bahasa Al Qur’an dan As Sunnah, bahasa Islam dan kaum Muslimin, yaitu bahsa ‘Arab.
Sumber

Pengalaman dan keajaiban sedekah

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah melancarkan rejeki ini saya dapat tanpa sengaja. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 1994-an saat saya berangkat kuliah, saya bertemu dengan orang yang memberikan wejangan ini.

Hari itu saya terburu-buru berangkat ke tempat kuliah, maklum hari itu saya agak terlambat padahal hari itu mata kuliah favorit saya. Saat hujan turun tiba-tiba, saya baru sadar kalau lupa membawa mantel, akhirnya berteduhlah saya di sudut sebuah warung.

Di tempat itu saya berkenalan dengan seorang yang sangat baik, dia seorang menantu kyai pemilik pondok pesantren. Obrolan kami tambah seru saat menginjak materi rejeki bagi manusia.

Pekerjaan dia adalah pekerjaan serabutan. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi dia bersyukur bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dengan baik. Sandang, pangan, dan perhiasan untuk istrinya selalu tercukupi tanpa kekurangan. “Itulah misteri rejeki mas”, Kata orang itu pada saya.

Saat saya tanya apa rahasianya rejeki dia selalu berlimpah, jawaban dia terletak pada selalu bersyukur, dan terpenting jangan pernah sedikitpun menyakiti atau membuat kecewa istri. “Itu wejangan yang selalu diberikan oleh mertua saya, dan saya membuktikan sendiri sampai sekarang”, kata orang itu dengan wajah serius.

Dengan selalu bersyukur, bahkan saat terkena musibah sekalipun, kenikmatan yang akan kita terima akan ditambah oleh Allah. “Itu janji Allah, bukan main-main mas”, kata orang itu. Janji Allah tentang umatnya yang mau bersyukur memang sering kita dengar dalam berbagai kotbah atau ceramah agama.

Jika kita mau menghitung berapa nikmat yang diberikan Allah pada kita, pasti tidak akan pernah habis. Itulah gambaran rasa syukur yang harus kita ungkapkan, tapi terkadang banyak manusia yang lupa mensyukuri nikmat tersebut.

Berikutnya jangan sakiti istrikita. Inilah poin yang saya pegang terus sampai sekarang. Pekerjaan seorang istri adalah pekerjaan terberat dalam keluarga. Seorang istri harus selalu melayani suami, melahirkan dengan taruhan nyawa.

Membesarkan anak dengan susah payah, terkadang rela mengorbankan waktunya agar anaknya bisa tumbuh sehat dan berbagai pengorbanan yang tak terhitung saat harus berusaha memenuhi serta melayani kebutuhan suami dan anak-anaknya. Dengan melihat beratnya tugas sang istri di atas, tegakah anda menyakiti istri anda?

Menurut orang yang saya kenal tersebut, banyak tidaknya rejeki yang dia terima terkadang tergantung pada perlakuannya pada sang istri. Saat dia keluar rumah mencari sesuap nasi dengan niat membahagiakan istrinya (saat itu dia belum punya anak), rejeki yang dia terima hari itu pasti banyak.

Sebaliknya jika saat berangkat mencari nafkah dia sebelumnya menyakiti hati istrinya, terkadang dia tidak mendapat hasil apapun yang bisa dibawa pulang.

Kisah di atas mungkin terkesan dibuat-buat, tetapi saya baru sadar dan merasakan sendiri saat saya sudah berkeluarga. Apa yang saya alami sama persis dengan yang dialami orang yang saya kenal beberapa tahun yang lalu tersebut.

Istri memang mempunyai peranan sangat besar dalam mendatangkan rejeki bagi kita. Mungkin doa istri mempunyai kekuatan yang dahsyat bagi sebuah keluarga.

Pesan saya, jangan pernah sedikitpun menyakiti hati istri kita jika ingin rejeki kita berlimpah. Semoga kisah ini berguna bagi kita semua.

SUMBER : zaenalfanani. com/2010/06/pengalaman-dan-keajaiban-sedekah .html#10

Biografi Ibnu Al Haitham

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Bahasa Arab:ابو علی، حسن بن حسن بن الهيثم) atau Ibnu Haitham (Basra,965 - Kairo 1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.

Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam

Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.

Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.

Perjalanan hidup

Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965 Masehi. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.

Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.

Hasil daripada usaha itu, beliau telah menjadi seo­rang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate­matik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.

Karya dan penelitian Sains

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.

Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.

Filsafat

Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logik, metafizik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.

Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.

Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.

Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan.

Karya

Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila beliau begitu ghairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini beliau berhasil menulis banyak buku dan makalah. Di antara buku hasil karyanya:

    Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;
    Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;
    Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;
    Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau;
    M.aqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak dan
    Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.

Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Kerana itulah Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.

Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepada beliau. Tapi sesungguhnya, barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi kegelapan.

Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi terbelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham

Mengembangkan sikap Malu.



Malu adalah sifat yang tertanam pada jiwa, yang akan membawa seseorang untuk melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Malu itu tidaklah datang kecuali dengan kebaikan.” (HR. Bukhari)

Rasa malu akan menambah keimanan dan menjadi perhiasan seorang muslim.

Suatu ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati seorang laki-laki yang sedang mencerca saudaranya karena rasa malu yang ada padanya (seakan-akan rasa malu dianggap sebagai aib). Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

دَعْهُ، فَإِنَّ الحَيَاءَ مِنَ الْإِيْمَانِ

“Biarkan dia, karena sesungguhnya malu itu bagian daripada iman.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menegaskan pula:

الْإِيمَْانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ – أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ – شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيْمَانِ

“Iman itu ada 70 sekian cabang atau 60 sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘lailahaillallah. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah bagian cabang dari iman.” (HR. Bukhari)

________________

• MARI JADI ORANG BAIK •

• JAGA IMAN - JAGA SHALAT - JAGA AKHLAQ - TUTUPLAH AURAT •

Follow twitter: @kutipanhikmah
________________

Bagi yang mau ikut berpartisipasi dalam pembangunan (renovasi) mushalla Al-Huda, Cikaret, Jawa Barat.

Dibuka untuk yang mau ikut berpartisipasi, untuk investasi akhirat.